Kalau dari saya sendiri sih setuju-setuju saja kalau jurnal menjadi syarat kelulusan untuk mahasiswa S1.
Hanya ini semua kembali lagi ke pribadi masing-masing, terlebih seperti ada yang namanya jurnal abal-abal yang bisa dibuat dengan mudah dengan harga miring oleh ghost writer atau shadow scholar. Jadi, kembali lagi ke KEJUJURAN. Ya saya di sini bukan melantur ke hal lain, cuma kalau kita lihat Indonesia ini bisa dibilang “sedikit jumlah orang bekerja dengan jujur”. Ya jangan jauh-jauhlah, bagaimana dengan korupsi di Indonesia? Kalau membahas mengenai hal ini memang tiada habisnya.
Hanya ini semua kembali lagi ke pribadi masing-masing, terlebih seperti ada yang namanya jurnal abal-abal yang bisa dibuat dengan mudah dengan harga miring oleh ghost writer atau shadow scholar. Jadi, kembali lagi ke KEJUJURAN. Ya saya di sini bukan melantur ke hal lain, cuma kalau kita lihat Indonesia ini bisa dibilang “sedikit jumlah orang bekerja dengan jujur”. Ya jangan jauh-jauhlah, bagaimana dengan korupsi di Indonesia? Kalau membahas mengenai hal ini memang tiada habisnya.
Dan jurnal itu kan layaknya menulis apa yang kita ketahui dengan kata-kata kita sendiri, dan yang berarti melalui tulisan saja kita bisa dapat melihat karakteristik orang tersebut.
Jadi intinya kalau bagi saya sendiri balik lagi ke kejujuran dan usaha kita sendiri. Terimakasih pak