Jumat, 23 Maret 2012

Persoalan mengenai Kenaikan BBM


Kini di awal tahun 2012 sekarang sudah ada masalah baru lagi, yaitu mengenai kenaikan BBM yang kabarnya akan dinaikkan pada bulan april nanti. Harganya disamakan dengan tetangga sebelah alias Malaysia. Sebelumnya harga BBM di Indonesia yaitu 4500 rupiah akan dinaikkan menjadi 6000 rupiah, sebenarnya tidak sama juga dengan negara sebelah itu, karena harga BBM negri tetangga yaitu sebesar 5500 rupiah. Jadi harga BBM negara kita nanti akan naik 1500 rupiah. Mungkin bagi masyarakat menengah ke atas tidak terlalu masalah, tetapi bagaimana dengan nasib “wong cilik” kita? Untuk mengisi BBM premium saja yang harganya 4500 per liternya saja sudah empot-empotan. Bagaimana kalau dinaikkan lebih lagi? Apalagi naiknya itu bukan dua ratus atau lima ratus rupiah, melainkan naik 1500 rupiah (woooow).

Maka dari itu tidak heran kalau kita lihat banyak sekali demo di mana-mana. Bukan hanya di Jakarta saja yang heboh demonya, tapi kota-kota besar lainnya juga ikut brutal diakibatkan si BBM ini. Kalau di sini saya boleh berpendapat ya sekalian mewakili pendapat ayah saya, yaitu sebenarnya bagus itu ada demo di mana-mana. Kenapa? Karena lihat dululah bagaimana kehidupan masyarakat Indonesia kini, sejahtera tidak, melarat iya. Lebih baik dihilangkan terlebih dahulu korupsi-korupsi yang ada, karena jika sudah hilang atau paling tidak berkurang korupsi tersebut pasti tidak apa-apa kalau harga BBM dinaikkan. Tetapi, masalah korupsi saja dari jaman Gayus dulu belum selesai-selesai, apalagi kalau harga BBM dinaikkan, bisa makin menurun perekonomian kita atau bisa saja negara kita ini bukan negara berkembang lagi tetapi negara yang sangat berkekurangan.

Saya pun penasaran apa saja yang hukum yang berhubungan dengan kenaikan harga BBM ini, berikut adalah undang-undang atau hukum yang ada kaitannya dengan masalah ini.
Ternyata sesuai UU APBN 2012, Pasal 7 ayat 6: harga jual eceran BBM bersubsidi tak dinaikkan. Sebab itu pemerintah harus merevisi UU itu sebelum menaikkan harga BBM bersubsidi.
Dan dalam UU APBN 2011 ataupun 2010 tak ada klausul yang menyebutkan harga eceran BBM bersubsidi tidak dinaikkan. Pada pasal 7 ayat 4 menyebutkan dalam hal perkiraan harga rata-rata minyak mentah Indonesia Crude Price (ICP) dalam satu tahun mengalami kenaikan 10 persen maka pemerintah diberikan kewenangan untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi.

Jadi, intinya pemerintah pun berhak untuk menaikkan harga BBM bersubsidi ini, tapi ya paling tidak seharusnya pemerintah bisa menyesuaikan keadaan di mana kapan dapat menaikkan harga BBM dan pastinya seharusnya tidak sekarang ini, karena kasihan nasib masyarakat kita terlebih rakyat menengah ke bawah.

Di tulisan saya ini, tidak ada maksud menjelekkan hanya ingin berbagi pendapat saja supaya para pembaca sekalian bisa lebih terbantu lagi pikirannya supaya bisa lebih terbuka untuk mengahadapi masalah negara kita ini. Terima kasih. J

Sumber : http://www.metrotvnews.com

Jumat, 16 Maret 2012

About Tukang Ojek :)


Saat itu terjadi sekitar satu tahun yang lalu ketika saya baru masuk semester  1, biasanya begitu sampai di stasiun bojonggede pasti saya dijemput oleh sepupu atau ibu saya, tapi untuk kali ini entah karena apa saya lupa maka saya tidak dijemput. Jadi saya pun naik ojek. Kebetulan ojek-ojek di situ sudah kenal dengan saya, jadi enggak perlu kasih tau alamatnya di mana pasti sudah langsung diantar sampai rumah dengan selamat..hehe.

Karena memang sayas ejak SD selalu naik ojek dan semenjak SMA sampai kuliah ini saya tidak pernah naik ojek lagi (karena sudah ada motor) , maka tukang ojek ini pun menanyakan tentang kesibukan saya. Seperti ini, “eneng sekarang kuliah ya?” “iya pak..” “kuliah di mana neng?” “di gundar (Universitas Gunadarma) Depok, pak” “ooo..sama dong, anak bapak juga dulu kuliah di situ”. Setelah mendengar kata terakhir tersebut, saya langsung kaget sambil ngomong dalam hati “eh buset buset mantap amat ini tukang ojek,hehehe..”.

Karena saya tahu biaya di kampus saya ini tidaklah murah, saya pun mulai kagum akan bapak ini. Bahkan lelaki beruban ini menceritakan bahwa anaknya yang dulu kuliah di gundar tersebut sekarang sudah bekerja di Menteri Keuangan. Bayangkan..jadi MenKeu, booo..ckckck J

Benar-benar saya kagum kembali untuk  kedua kalinya. Dia pun tidak ada mengeluh mengenai pekerjaannya yang hanyalah tukang ojek, melainkan dia bangga dan senang sambil menceritakan mengenai anaknya tersebut.

Jadi yang saya ambil ini adalah memang tidaklah semua orang menengah ke bawah itu terus di situ-situ saja, karena jika kita telah berusaha tulus dan kerja keras pasti semua akan indah pada waktunya. Terlebih untuk saya dan para pembaca semuanya, haruslah kita lebih bersyukur karena masih berkecukupan bahkan lebih, sebab masih bisa membaca tulisan saya saja sudah bersyukur karena pertama, kita berarti masih punya uang untuk ke warnet dan yang kedua, bersyukur punya PC atau laptop di rumah yang tersambung dengan modemnya supaya bisa internetan. Dan benar bahwa tiada yang mustahil di dunia ini.

Oya, ingat loh..ini kisah nyata, bukan cerita belaka. Terima kasih buat para pembaca J

About Supir Angkot :)


Waktu itu kalau tidak salah kejadian ini terjadi pada saat saya kelas 3 SMA, di mana saya sedang menjelang kelulusan maka saya pun mengikuti les di Bogor supaya bisa mendapatkan perguruan tinggi negri ( walaupun kenyataannya tetap saja masuk ke swasta..hehehe :p ).

Hari itu adalah hari jumat di mana tiap sekolah pasti pulang cepat, jadi saya langsung pulang ke rumah untuk istirahat supaya nanti sore bisa pergi ke tempat les.
Nah, perjalanan ke tempat les tersebut dengan menaiki angkot 07 ( Bojonggede-Bogor), kebetulan pada saat itu saya duduk di depan tepat sebelah supir. Entah bagaimana caranya saya pun agak lupa, jadi pembicaraan kami itu menuju ke arah pendidikan. Di mana lelaki parubaya ini menceritakan mengenai anaknya. Karena pada awalnya saya ditanyakan begini, “neng mau ke mana?” , saya pun menjawab, “saya mau ke tempat les pak” sambil tersenyum. 

Ya intinya setelah percakapan ringan tersebut, bapak ramah tersebut menceritakan mengenai anaknya yang bisa berhasil kerja, ya walaupun tidak melanjutkan ke perguruan tinggi alias hanya lulusan SMA, karena pada saat bercerita saja sepertinya senang dan lega sekali, terlihat kalau supir ini bangga sudah bisa menyekolahkan anaknya hingga lulus SMA. Sebab bapak itu bercerita “seberapalah upah dari supir angkot ini?” karena mobil angkot tersebut pun angkot sewaan, dan mau tak mau hasil jerih payahnya seharian itu tidak sepenuhnya miliknya tetapi setengahnya harus diberikan ke orang yang telah menyewakan angkotnya tersebut.

Saya sungguh kagum, karena walaupun dia sendiri tidak tahu menahu soal pendidikan tapi beliau tetap ingin berhasil supaya nanti anaknya tidak mengikuti jejak ayahnya. Bahkan saya pun ikut serta dinasihati sambil bilang begini, “eneng masih enak masih bisa les lagi dan nanti pasti bisa kuliah..makanya eneng belajar yg bener biar bisa tercapai cita2 eneng”..hehehe..saya hanya tersenyum malu sambil mengangguk menjawab apa yang dibilang oleh supir tadi.

Jadi, yang saya dapat dari kejadian ini..pertama, jangan pernah meremehkan orang lain dari pekerjaannya, karena kita tidak tahu kalau “supir angkot” pun ternyata bisa sukses menyekolahkan anaknya sampai kini anaknya bisa bekerja. Saya saja sering heran kalau masih melihat banyak orang yang sehat fisik maupun jasmani tetapi kerjaannya hanya mengamen atau meminta-minta. Kedua, jangan pernah menyerah dan putus asa, karena jika kita melakukan segala sesuatu dengan ikhlas dan kerja keras maka apa yang kita inginkan selama ini pastilah tercapai.

Mungkin sekian dulu cerita dari saya kali ini, semoga bisa ada yang diambil buat para pembaca semuanya. Oya, ini kisah nyata loh..bukan cerita belaka. Terima kasih bagi yang sudah membaca. J