AKUNTANSI INTERNASIONAL
ANALISIS KINERJA LAPORAN KEUANGAN PADA
PT MALINDO FEEDMILL Tbk PERIODE 2012
PT MALINDO FEEDMILL Tbk PERIODE 2012
Disusun Oleh :
1. Dwi Fatmasari (22210183)
2. Khaerunnisa (23210879)
3. Purba Claudia Angraeni (25210418)
4. Ria Setiani (29210159)
5. Wulandari (28210581)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan usaha perusahaan dicerminkan dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perusahaan. Pada prinsipnya laporan keuangan merupakan informasi yang dapat membantu manajer, kreditur dan investor dalam menginterpretasikan keadaan kinerja suatu perusahaan. Salah satu alat analisis atas laporan keuangan yang sering digunakan adalah analisis rasio.
Penerapan penilaian kinerja perusahaan sangat perlu dilakukan untuk mengetahui prestasi dan kinerja perusahaan yang berguna untuk kepentingan para pemegang saham maupun bagi manajemen perusahaan. Dengan mengetahui prestasi dan kinerja perusahaan, dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan-keputusan strategis perusahaan sehingga dapat sukses dalam persaingan di dalam maupun di luar negeri.
Adanya kinerja keuangan yang baik, akan mendorong investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Maka, setiap pihak terutama pihak eksternal memerlukan informasi atas laporan keuangan perusahaan. Analisis atas laporan keuangan sangat penting, karena dengan mengetahui laporan keuangan dapat diketahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan tersebut (Munawir, 2002:1).
Penilaian terhadap prestasi dan kinerja perusahaan tersebut pada umumnya dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan salah satu teknik atau metode dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan yang membandingkan antara nilai suatu rekening tertentu dengan nilai rekening yang lainnya dalam laporan keuangan. Analisis rasio keuangan ini memiliki keterbatasan (Warsono, 2003:25). Penilaian dengan menggunakan rasio keuangan tidak memperhitungkan adanya biaya modal (Cost of Capital) yang dapat mengindikasikan seberapa jauh perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik modal (Utama & Afriani, 2005)
PT Malindo adalah perusahaan yang berusaha dalam bidang industri pakan ternak dan peternakan anak ayam usia sehari (day old chick). Usaha yang didirikan oleh PT Malindo tidak lain bertujuan untuk memperoleh keuntungan dalam menghasilkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan keuangan. Perusahaan dalam mengetahui kondisi keuangan perusahaannya perlu adanya penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan berbagai macam rasio, yaitu rasio likuiditas dan rasio solvabilitas, sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk masa yang akan datang.
Mengingat pentingnya analisa rasio tersebut bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan perusahaan yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk menilai kinerja perusahaan dengan penelitian yang berjudul “ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN PADA PT. MALINDO FEEDMILL Tbk PADA PERIODE 2012”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana kinerja keuangan pada PT. Malindo Feedmill Tbk dengan menggunakan metode rasio likuiditas dan solvabilitas.?
1.3 Batasan Masalah
Dalam penulisan ini, penulis membatasi masalah hanya untuk menganalisis laporan keuangan periode 1 Januari – 31 Desember 2012 yaitu dengan rasio likuiditas dan rasio solvabilitas pada PT Malindo Feedmill Tbk.
1.4 Tujuan Masalah
Untuk mengetahui kinerja keuangan pada PT. Malindo Feedmill Tbk dengan menggunakan metode rasio likuiditas dan solvabilitas.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut (Sofyan S. Harahap, 2006, 105) laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Menurut (Munawir S, 2002, 2) Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat memberikan informasi tentang suatu keadaan perusahaan sekaligus merupakan alat komunikasi antara data keuangan dengan pihak yang berkepentingan dengan data perusahaan tersebut.
2.2 Jenis Laporan Keuangan
Jenis laporan keuangan menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009) yang disahkan pada tanggal 15 Desember 2009 dan mulai efektif berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011, laporan keuangan yang lengkap harus meliputi komponen-komponen berikut ini :
A. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
Informasi yang Disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut:
1. Aset tetap
2. Properti investasi
3. Aset tidak berwujud
4. Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan pada (5), (8) dan (9)
5. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas
6. Aset biolojik
7. Persediaan
8. Piutang dagang dan piutang lainnya
9. Kas dan setara kas
10. Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yangdimiliki untuk dijual dan aset yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58
11. Utang dagang dan terutang lainnya
12. Kewajiban diestimasi
13. Liabilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam (11) dan (12)
14. Liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46
15. Liabilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46
16. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yangdilepaskan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58
17. Kepentingan non-pengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas
18. Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
Entitas mempertimbangkan apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah didasarkan atas penilaian dari:
a. Sifat dan likuiditas asset
b. Fungsi aset tersebut dalam entitas
c. Jumlah, sifat dan jangka waktu liabilitas
Aset Lancar
Entitas mengklasifikasikan aset sebagai asset lancar, jika:
1. Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal
2. Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan
3. Entitas mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan atau
4. Kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK 2 : Laporan Arus Kas) kecuali aset tersebut dibatasi pertukarannya atau penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset tidak lancar.
Liabilitas Jangka Pendek
Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek jika:
1. Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi normalnya
2. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan
3. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan
4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasi liabilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai liabilitas jangka panjang.
B. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode:
1. Dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif
2. Dalam bentuk dua laporan :
a. Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah).
b. Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan komprehensif lain (laporan pendapatan komprehensif).
Informasi yang Disajikan dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif
Laporan laba rugi komprehensif, sekurang-kurangnya mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut selama suatu periode:
1. Pendapatan
2. Biaya keuangan
3. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas
4. Beban pajak
5. Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari:
a. Laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan
b. Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan
6. Laba rugi
7. Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lainyang diklasifikasikan sesuai dengan sifat (selain jumlah dalam huruf (8)
8. Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas
9. Total laba rugi komprehensif.
C. Laporan perubahan ekuitas selama periode
Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:
1. Total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non-pengendali
2. Untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25
3. Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari:
a. Laba rugi
b. Masing-masing pos pendapatan komprehensif lain
c. Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian.
Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode, dan nilai dividen persaham.
D. Laporan arus kas selama periode
Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut. PSAK 2 mengatur persyaratan penyajian dan pengungkapan informasi arus kas.
E. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain
Catatan atas laporan keuangan:
1. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan sesuai dengan paragraf 115 – 122
2. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan
3. Memberikan informasi yang tidak disajikan dibagianmanapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan
F. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
2.3 Pengguna Laporan Keuangan
Informasi akuntansi yang dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan sangat berbeda-beda (bervariasi) tergantung pada jenis keputusan yang hendak diambil. Para pengguna informasi akuntansi ini dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu pemakai internal dan pemakai eksternal. (Hery, 2009, 4)
Pemakai internal, terdiri atas :
· Direktur dan manajer keuangan
Untuk menentukan mampu tidaknya perusahaan dalam melunasi utangnya secara tepat waktu kapada kreditur (banker, supplier), maka mereka membutuhkan informasi akuntansi mengenai besarnya uang kas yang tersedia di perusahaan pada saat menjelang jatuh temponya pinjaman/utang.
· Direktur operasional dan manajer pemasaran
Untuk menentukan efektif tidaknya saluran distribusi produk maupun aktivitas pemasaran yang telah dilakukan perusahaan, maka mereka membutuhkan informasi akuntansi mengenai besarnya penjualan (tren penjualan).
· Manager dan supervisor produksi
Mereka membutuhkan informasi akuntansi biaya untuk menentukan besarnya harga pokok produksi, yang pada akhirnya juga sebagai dasar untuk menetapkan harga jual produk per unit.
· Dan pemakai internal lainnya.
Pemakai eksternal, terdiri atas :
· Investor (penanam modal), menggunakan informasi akuntansi investee (penerima modal) untuk mengambil keputusan dalam hal membeli atau melepas saham investasinya. Dalam hal ini, investor perlu secara cermat dan hati-hati dalam menanggapi setiap perkembangan kondisi kesehatan keuangan investee. Investor sebagai pihak luar dari investee dapat menilai prospek terhadap dana yang akan (telah) di investasikanya lewat laporan keuangan investee, apakah menguntungkan (profitable) atau tidak.
· Kreditur, seperti supplier dan banker, menggunakan informasi akuntansi debitur untuk mengevaluasi besarnya tingkat risiko dari pemberian kredit atau penjaman uang. Dalam hal ini, kreditur dapat memperkecil risiko dengan cara mencari tahu seberapa besar tingkat bonafiditas dan likuidasi debitur lewat laporan keuangan debitur yang bersangkutan.
· Pemerintah, berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan (wajib pajak) dalam hal perhitungan dan penetapan besarnya pajak penghasilan yang harus disetor ke kas negara.
· Badan pengawas pasar modal, mewajibkan public corporation (emiten) untuk melampirkan laporan keuangan secara rutin kepada BAPEPAM. Dalam hal ini, pihak BAPEPAM sangat berkepentingan terhadap kinerja keuangan emiten dengan tujuan untuk melindungi para investor. Di Amerika, badan pengawas pasar modal ini dikenal dengan nama securities and exchange commission (SEC).
· Ekonom, praktisi, dan analis menggunakan informasi akuntansi untuk memprediksi situsi perekonomian, menentukan besarnya tingkat inflasi, pertumbuhan pendapatan nasioanaln dan lain sebagainya.
2.4 Analisa Rasio Keuangan
2.4.1 Rasio Likuiditas
Adalah berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang segera harus dilunasi tepat pada waktunya. Dalam hal ini perusahaan harus memperhatikan apakah perusahaan setiap saat dapat memenuhi pembayaran yang diperlukan untuk kelancaran operasi perusahaan.
Dengan kata lain pengertian likuiditas dimaksud sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai disatu pihak (jumlah aktiva lancar) dengan jumlah hutang lancar dan pengeluaran- pengeluaran untuk menyelenggarakan perusahaan dipihak lain. Likuiditas perusahaan ini dapat diketahui dari neraca pada tahun tertentu dengan membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
a. Current Ratio
Current ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dan utang lancar.
Dapat dirumuskan sebagai berikut :
Aktiva lancar
Current Ratio = ----------------------- x 100%
Hutang lancar
Current ratio merupakan ukuran yang paling umum terhadap kesanggupan perusahaan membayar utangnya dalam jangka pendek, sebab rasio tersebut menunjukan seberapa jauh tagihan dari para kreditur jangka pendek mampu ditutup oleh aktiva yang secara cepat dapat berubah menjadi kas segera (dalam jangka pendek). Oleh karena itu, walupun perusahaan memiliki current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat terbayarnya utang yang sudah saatnya jatuh tempo, karena adanya komposisi aktiva lancar yang tidak menguntungkan.
Secara umum dikatakan bahwa jika current ratio pada perusahaan kurang dari 2: 1 atau 200% dianggap kurang baik, sebab apabila aktiva lancar turun misalnya lebih dari 50% maka jumlah aktiva lancarnya tidak akan mencukupi untuk menuntut hutang lancarnya. Akan tetapi prinsip tersebut tidaklah absolut melainkan kebijaksanaan tersendiri dari pihak perusahaan.
b. Cash Ratio
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang segera dapat diuangkan.
Dapat dirumuskan sebagai berikut :
Kas + Efek
Cash Ratio = ------------------- x 100%
Utang lancar
c. Quick Ratio
Quick Ratio menunjukkan nilai relative antar selisih aktiva lancar dengan persediaan terhadap hutang lancar. Rasionya dihitung dengan membagi nilai aktiva lancar setelah dikurangi dengan persediaan dengan uatang lancar.
Dapat dirumuskan sebagai berikut :
Aktiva lancar - Persediaan
Quick Ratio = ------------------------------------ x 100%
Hutang lancar
Dari rumusnya diketahui bahwa quick ratio tidak memperhitungkan elemen persediaan. Hal ini akan menyebabkan nilai rasio ini akan menjadi lebih kecil dari nilai rasio lancar. Komponen persediaan dianggap tidak dengan mudah atau lancar dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo.
Walaupun persediaan termasuk aktiva lancar, namun persediaan tidak dengan lancar dapat segera digunakan untuk memenuhi kewajiban perusahaan. Menkonversi nilai persediaan menjadi uang kas membutuhkan waktu relative lebih lama jika dibanding aktiva lainnya.
2.4.2 Rasio Solvabilitas
Merupakan suatu analisis rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila perusahaan tersebut dilikuiditas. Apabil kekayaan yang dimiliki perusahaan tersebut cukup untuk memenuhi semua hutang baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Perusahaan dapat dikatakan Solvabel apabila perusahaan memiliki aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutangnya. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas dilihat dari sudut pandang kontinuitas dan komplementaris dari suatu perusahaan maka tingkat solvabilitas tidak didasarkan likuiditas melainkan nilai sebenarnya dari aktiva yang dimiliki perusahaan pada saat operasi. Tujuan rasio solvabilitas adalah menandakan adanya tingkat solvabilitas permodalan yang digunakan oleh perusahaan. Konsep solvabilitas permodalan diilustrasikan ketika perusahaan meminjam uang untuk mendanai asetnya. Rasio untuk kategori ini diuji oleh pemberi pinjaman untuk memperoleh gambaran jelas mengenai resiko yang terjadi jika meminjamkan uang kepada perusahaan. Pemberi pinjaman ingin diyakinkan bahwa uang mereka akan dibayar kembali. Pemilik perusahaan juga mempunyai kepentingan dengan tingkat solvabilitas, tetapi untuk alasan yang berbeda. Seringkali pemilik menginginkan perusahaan meminjam uang untuk membantu meningkatkan tingkat pengembalian yang diperoleh dari investasi modalnya.jika perusahaan mendapatkan pengembalian yang lebih tinggi dari biaya peminjaman dana maka solvabilitas permodalan dapat dipertimbangkan. Jika sebaliknya maka perusahaan lebih baik tidak meminjam dana.
a. Total Debt to Total Asset Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Dapat dirumuskan sebagai berikut :
Total Hutang
Total Debt to Total Assets Ratio = ----------------------- x 100%
Total Aktiva
b. Total Debt to Equity Ratio
Rasio ini membandingkan antara utang jangka panjang dan modal pemilik. Rasio ini menunjukan berapa bagian modal pemilik yang menjadi jaminan utang jangka panjang. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan modal pemilik untuk menutup utang jangka panjang perusahaan.
Dapat dirumuskan sebagai berikut :
Total Hutang
Total Debt to Equity Ratio = -------------------------- x 100%
Modal Sendiri
c. Equity to Fixed Asset Ratio
Jika rasio ini lebih dari 100% berarti modal sendiri melebihi total aktiva tetap dan menunjukan aktiva tetap seluruhnya dibiayai oleh pemilik perusahaan dan sebagian dari aktiva lancar juga dibiayai oleh pemilik perusahaan. Sebaliknya jika rasio dibawah 100% berarti sebagian aktiva tetapnya dibiayai dengan modal pinjaman jangka pendek/jangka panjang sedang aktiva lancarnya seluruhnya dibiayai dengan modal pinjaman.
Dapat dirumuskan sebagai berikut :
Modal Sendiri
Equity to Fixed Asset Ratio = -------------------------- x 100%
Aktiva Tetap
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisa Rasio Keuangan
3.3.1 Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang segera harus dilunasi tepat pada waktunya.
1. Current Ratio
Rasio lancar sangat berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, dimana dapat diketahui sampai seberapa jauh sebenarnya jumlah aktiva lancar perusahaan dapat menjamin hutang lancarnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin terjamin hutang-hutang perusahaan kepada kreditor.
Current ratio (CR) = Aktiva lancar : Hutang lancar x 100%
Tabel 1
Current Ratio
Tahun
|
Aktiva Lancar
|
Hutang lancar
|
2012
|
894.203.546.000
|
852.741.232.000
|
Keterangan : Current rasio sebesar 1.048, artinya setiap utang lancar Rp 1.00 dijamin oleh aktiva lancar Rp 1.048
Jika rata-rata industri untuk current ratio adalah antara 100%-200%, berarti mengindikasikan dari tahun 2012 keadaan perusahaan kondisinya cukup baik, namun jika dibandingkan dengan perusahaan lain rasionya masih dibawah rata-rata. Dan hal ini memberikan indikasi adanya kekurangmampuan perusahaan dalam menjamin hutang lancar dengan aktiva lancar yang ada.
2. Cash Ratio
Rasio ini menggambarkan kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan. Jadi, rasio kas mengukur likuiditas dari aktiva lancar yang pasti dapat dicairkan menjadi kas. Bila mana persediaan diperkirakan lama terjual dan piutang lama tertagih, kita sebaiknya menggunakan rasio kas sebagai pengukur likuiditas, bukan rasio lancar atau rasio cepat.
Cash Ratio = Kas+Efek : Utang Lancar x 100%
Tabel 2
Cash Ratio
Tahun
|
Kas + Efek
|
Hutang lancar
|
2012
|
90.563.059.000
|
852.741.232.000
|
Keterangan : Cash ratio sebesar 0.106, artinya bahwa setiap utang lancar Rp 1.00 dijamin oleh aktiva sebesar Rp 0.106
Jika rata-rata industri untuk cash ratio adalah 50% berarti dari tahun 2012 perusahaan memiliki cash ratio yang buruk. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kekurangan dana kas untuk membayar hutang jangka pendeknya sehingga perlu dilakukan penjualan aktiva lancar yang lain untuk menutupi kekurangan dana kas. Hal inilah yang menyebabkan analisa laporan keuangan perlu melihat cash ratio.
3. Quick Ratio
Quick ratio merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang paling tidak lancar, sebab untuk menjadi uang tunai (kas) memerlukan dua langkah yakni menjadi piutang terlebih dulu sebelum menjadi kas. Semakin besar rasio ini semakin baik.
Quick ratio = Aktiva Lancar - persediaan : Hutang Lancar x100%
Tabel 3
Quick Ratio
Tahun
|
Aktiva lancar
|
Persediaan
|
Hutang lancar
|
2012
|
894.203.546.000
|
262.602.864.000
|
852.741.232.000
|
Keterangan : Terdapat Rp 0.741 aktiva lancar yang tersedia pada perusahaan untuk memenuhi tiap-tiap Rp 1.00 hutang yang jatuh tempo saat ini.
Hasil perhitungan Quick ratio tahun 2012 menunjukkan kondisi yang kurang baik jika dibandingkan dengan perusahaan lain karena rasionya masih dibawah rata-rata industri. Jika perusahaan mampu menagih piutang usahanya, maka perusahaan dapat melunasi kewajiban lancarnya tanpa melikuidasi persediaan.
3.3.2 Rasio Solvabilitas
Solvabilitas adalah suatu analisis rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila perusahaan tersebut dilikuiditas.
1. Total Debt to Total Asset Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva.
Total Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang : Total Aktiva x 100%
Tabel 4
Total Debt to Total Asset Ratio
Tahun
|
Total hutang
|
Total aktiva
|
2012
|
1.118.011.013.000
|
1.799.881.575.000
|
Keterangan : Total debt to total asset ratio sebesar Rp 62.1% berarti bahwa kemampuan perusahaan dalam menjamin setiap total utang Rp 1.00 dijamin oleh total aktiva Rp 0.621
Jika rata-rata industri 60%, hasil perhitungan total debt to total asset ratio tahun 2012 perusahaan di atas rata-rata industri sehingga sulit bagi perusahaan memperoleh pinjaman atau tambahan dana dari para kreditur. Kondisi ini menunjukkan perusahaan dibiayai hampir separuhnya dari utang. Jika perusahaan bermaksud menambah utang, perusahaan terlebih dulu perlu menambah ekuitasnya.
2. Total Debt to Equity Ratio
Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang.
Total Debt to Equity Ratio = Total Hutang : Modal Sendiri x 100%
Tabel 5
Total Debt to Equity Ratio
Tahun
|
Total hutang
|
Modal sendiri
|
2012
|
1.118.011.013.000
|
681.870.544.000
|
Keterangan : Total debt to equity ratio sebesar 163.9%, artinya setiap total utang Rp 1.00 dijamin oleh modal sendiri sebesar Rp 1.639
Pada hasil perhitungan total debt to equity ratio tahun 2012 diatas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besar dari modal pemilik. Dan akan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan karena tingkat utang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang berarti mengurangi keuntungan. Jadi, semakin besar kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada pihak lain.
3. Equity to Fixed Asset Ratio
Menunjukkan berapa besar aktiva tetap yang dibiayai oleh modal sendiri.
Equity to Fixed Asset Ratio = Modal Sendiri : Aktiva Tetap x 100%
Tabel 6
Equity to Fixed Asset Ratio
Tahun
|
Modal sendiri
|
Aktiva tetap
|
2012
|
681.870.544.000
|
905.678.029.000
|
Keterangan : Equity to fixed asset ratio sebesar 75.2%, artinya bahwa setiap aktiva tetap sebesar Rp 1.00 dijamin oleh modal sendiri sebesar 0.752
Pada rasio Equity to fixed asset rasio, tingkat rasio perusahaan dibawah 100% menunjukkan sebagian aktiva tetap dibiayai dengan modal pinjaman. Sudah sewajarnya dibiayai dengan modal sendiri sehingga tidak menimbulkan tekanan terhadap likuiditas perusahaan pada saat pembayaran utang itu tiba.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kinerja keuangan PT Malindo Feedmill Tbk secara keseluruhan bisa dikatakan kurang baik dapat dilihat dari rasio likuiditas dan solvabilitas yang mengalami kenaikan dan penurunan pada tahun 2010-2012. Jika dibandingkan dengan rasio rata-rata industri menunjukkan hasil dibawahnya.
2. Dilihat dari rasio likuiditasnya perusahaan harus lebih pandai dalam mengelola kas perusahaan agar nantinya dana atau modal perusahaan dapat digunakan untuk membayar hutang perusahaan. Dan dari rasio solvabilitasnya perusahaan harusnya dapat membayar hutangnya dengan modal sendiri dan tidak banyak menggunakan pinjaman dari luar.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan Syafri, 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hery. 2009. Akuntansi Keuangan Menengah 1, PT Bumi Aksara, Jakarta.
Munawir, S, 2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen, Edisi pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
eprints.uny.ac.id/7864/2/BAB%201-08409131037.pdf
http://jurnalskripsi.com/analisis-kinerja-keuangan-perusahaan
www.scribd.com/doc/98431201/PSAK-1-Revisi-2009